Tradisi Jawa Tingkeban

Tingkeban or Babyshower Mas Bima dan Mbak Putri
Semoga diberi kelancaran saat proses melahirkan dan mendapatkan putra/putri yang sehat. Amiin

Adat Jawa memiliki banyak sekali tradisi jawa yang bertahan hingga sekarang, salah satunya adalah mitoni atau acara tujuh bulanan.

Tingkeban merupakan  salah satu tradisi masyarakat jawa, disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang artinya tujuh. Upacara ini dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh bulan dan pada kehamilan pertama kali. Dalam upacara ini sang ibu yang sedang hamil dimandikan dengan air embang setaman dan disertai doa yang bertujuan untuk memohon kepada Tuhan YME agar selalu diberikan rahmat dan berkah sehingga bayi yang akan dilahirkan selamat dan sehat.

 

Berikut Video Tingkeban Mas Bima dan Mbak Putri :

Tedak Siten Adik SHERIF

Acara Piton adek SHERIF
Semoga adek SHERIF menjadi anak yang sholeh, baik, pintar, dan berbakti kepada orang tua serta selalu diberi kesehatan. Amiin

Tedhak Siten yang juga dikenal sebagai ritual Turun Tanah merupakan salah satu adat dan tradisi masyarakat Jawa.

Upacara adat ini sendiri memiliki beberapa tujuan, termasuk diantaranya adalah sebagai bentuk rasa syukur karena sang anak akan mulai belajar berjalan. Selain itu, upacara ini merupakan salah satu upaya memperkenalkan anak kepada alam sekitar dan juga ibu pertiwi. Hal ini juga merupakan perwujudan  dari salah satu pepatah Jawa yang berbunyi “Ibu Pertiwi Bopo Angkoso” (Bumi adalah ibu dan langit adalah Bapak).

Setiap langkah dan aspek dari upacara ini menyimbulkan hal-hal tertentu dalam kehidupan sang anak, dan hal inilah yang membuat upacara ini penuh warna. Tahapan dari upacara tedak siten meliputi:

Langkah ke-1

Pada tahap ini, sang anak akan dituntun oleh sang Ibu untuk berjalan diatas 7 jadah (makanan yang terbuat dari beras ketan yang dicampur dengan garam dan kelapa yang kemudian dikukus, dihaluskan dan dicetak) dengan 7 warna berbeda yaitu putih, merah, hijau, kuning, biru, coklat, dan ungu.

Warna-warna dari jadah tersebut merupakan simbol dari warna-warna kehidupan. Pengaturan jadah tersebut dimulai dari yang berwarna gelap hingga berwarna terang (putih) sebagai simbol bahwa akan ada jalan keluar yang terang dari setiap masalah yang menghadang.

Sementara jumlah 7 mengacu pada bahasa Jawa Pitu yang bermakna pitu atau pertolongan, dimana dalam perjalanan sang anak dalam setiap tahap kehidupannya kelak, semoga selalu mendapat pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Langkah ke-2

Sang anak akan dituntun untuk menaiki tangga yang terbuat dari tebu. Pemilihan tebu yang dianggap sebagai singkatan dari antebing kalbu atau mantapnya hati merupakan bentuk harapan agar sang anak memiliki ketetapan hati dalam menjalani setiap tahap kehidupannya kelak, dimana setiap anak tangga yang dilewati merupakan simbol dari tahapan kehidupan.

Langkah ke-3

Anak dituntun untuk berjalan diatas tanah atau tumpukan pasir dimana sang anak akan mengais (ceker-ceker) tanah dengan kedua kakinya. Hal ini merupakan simbol dari harapan agar sang anak saat telah dewasa nanti mampu mengais rejeki untuk memenuhi kebutuhannya.

Langkah ke-4

Anak dimasukkan dalam kurungan ayam, dimana di dalam kurungan tersebut telah disediakan berbagai benda seperti buku, uang, mainan, makanan dan berbagai benda lainnya. Benda yang dipilih oleh sang anak merupakan gambaran dari potensi anak yang diharapkan akan membantu orang tua untuk bisa mengasah potensi tersebut dengan baik.

Sang anak yang berusia sekitar 8 bulan dipercaya masih memiliki naluri atau insting yang belum tertutupi oleh hal-hal lain, dan pada saat yang sama mereka sudah mampu merespon dunia luar dengan baik. Hal inilah yang membuat sang anak akan memilih benda yang sesuai dengan insting mereka, yang dipercaya sebagai potensi yang ada dalam diri mereka.

Langkah ke-5

Pemberian uang logam yang telah dicampurkan dengan berbagai jenis bunga dan beras kuning oleh sang ayah dan kakek sebagai simbol harapan agar sang anak nantinya memiliki rejeki berlimpah namun tetap bersifat dermawan.

Langkah ke-6

Sang anak dimandikan dengan air yang dicampur dengan kembang setaman sebagai simbol harapan agar sang anak akan membawa nama harum bagi keluarga.

Langkah ke-7

Anak dipakaikan baju yang bagus dan bersih dengan harapan agar anak akan menjalani hidup yang baik nantinya.

 

Berikut Video Tedak Siten Adik SHERIF :

Tedak Siten Adik Nanda Aulia Rahma Waskita

Upacara Turun Tanah adik Nanda Aulia Rahma Waskita
Semoga adik Nanda Aulia menjadi anak yang sholehah, pintar, dan berbakti pada orang tua, serta selalu diberi kesehatan. Amiin

Tidak Siten atau dikenal dengan sebutan Upacara Turun Tanah, merupakan budaya warisan leluhur masyarakat Jawa untuk bayi yang berusia sekitar tujuh atau delapan bulan.

Upacara tedak siten ini dilakukan sebagai rangkaian acara yang bertujuan agar anak mampu melewati setiap fase kehidupan. Di mulai dengan tuntunan dari kedua orang tuanya hingga ia mulai berdiri sendiri dan memiliki kehidupan mandiri.

Tradisi ini dijalankan saat anak berusia hitungan ke tujuh bulan dari hari kelahirannya dalam hitungan pasaran jawa. Perlu diketahui juga bahwa hitungan satu bulan dalam pasaran jawa berjumlah 36 hari. Jadi bulan ke tujuh kalender Jawa bagi kelahiran si bayi setara dengan kalender bulan ke delapan Masehi.

Bagi para leluhur, adat budaya ini dilaksanakan sebagai penghormatan pada bumi tempat anak memijakkan kakinya ke tanah. Kemudian dalam istilah Jawa disebut Tedak Siten. Selain itu juga diiringi doa-doa dari orang tua dan sesepuh sebagai pengharapan agar kelak anak sukses menjalani kehidupannya.

Berikut Video Tedak Siten Adik Nanda Aulia :

Tedak Siten Adik Abdullah Rafif Putra Fernandy Syah

Pitonan adek Abdullah Rafif Putra Fernandy Syah
Semoga adek Rafif menjadi anak yang sholeh, selalu berbakti kepada orang tua serta dapat menjadi anak yang bermanfaat bagi nusa,bangsa dan negara. Amiin

Di kalangan masyarakat Jawa, Tedak Siten atau Turun Tanah merupakan peristiwa penting khususnya bagi anak berusia tujuh bulan.

Tedak artinya Turun, dan Siten dari kata Siti yang berarti Tanah. Gambaran anak dalam menjalani kehidupan, tumbuh mandiri mampu menghadapi rintangan. Tedak siten juga berarti kedekatan anak dengan ibu pertiwi atau tanah kelahiran.

Dalam Tedak Siten ada beberapa tahapan, yaitu :

  1. Anak menginjak bubur tujuh warna.
  2. Dituntun menaiki tangga dari tebu
  3. Menuju onggokan pasir
  4. Dimasukkan kurungan ayam berisi beberapa benda
  5. Menyebarkan udik-udik (uang logam yang sudah dicampur dengan berbagai macam bunga)
  6. Dimandikan kembang setaman
  7. Anak didandani dengan pakaian yang bagus dan bersih

Seiring perkembangan zaman, prosesi ini mulai susah dicari. Bukan hanya dikalangan perkotaan, di pedesaan juga tidak jauh berbeda. Banyak hal yang menjadi penyebabnya, perubahan pola pikir dan kemajuan teknologi menyebabkan prosesi berbau tradisi dan budaya ini mulai ditinggalkan.

Berikut Video Tedak Siten Adik Rafif :